BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang urbanisasi
Sudah jadi tradisi masyarakat Indonesia di setiap perayaan lebaran menyempatkan diri untuk mudik kembali ke daerah asalnya. Sekedar berkangen mesra dengan sanak saudara dan kerabatnya di desa, orang – orang perantauan ini rela berkorban banyak asalkan bisa pulang kekampung halaman. Tidak ada yang salah dengan ini, yang disesalkan hanya action mereka ketika di kampungnya menampilkan diri secara berlebihan. Walaupun berkesan seperti agak “dipaksakan” mereka sering mencitrakan diri sebagai orang yang sudah mapan dan telah sukses selama merantau di kota. Ditambah lagi dengan penampilan gaya hidup ala kota, tak ayal banyak kerabat menjadi terpikat untuk ikut merasakan nikmat hidup di kota. Di benak mereka yang terbayang hanyalah sebuah kesuksesan yang menanti di kota.
Pasca lebaran adalah moment yang paling sering dimanfaatkan para calon perantau untuk ikut mencicipi hidup di kota. Ketertarikan mereka untuk merantau ke kota tidak lepas dari pengaruh perantau lama yang kebetulan sedang mudik ke daerah asalnya. Memang dalam pengaruhnya tidak selamanya dilakukan secara langsung dengan cara mengajak. Tanpa ada ajakan secara persuasifpun, mereka seringkali menampilkan informasi “palsu” tentang kondisi dirinya dan kota rantauannya. Dengan informasi “palsu” itupun sudah cukup bagi calon perantau untuk membulatkan tekadnya melakukan urbanisasi.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa urbanisasi begitu tinggi hingga tak terkontrol. Salah satunya adalah dari peninggalan kebijakan jaman orde baru yang masih menyisakan masalah hingga dewasa ini. Paradigma sentralisasi pemerintahan dan pembangunan ekonomi terpusat adalah hal yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi dengan konsentrasi migrasi yang tidak sehat. Daerah kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah. Pemerintah pusat juga tidak mau memecah kosentrasi pembangunan ke daerah untuk pemerataan pembangunan. Yang terjadi sekarang ini adalah jomplangnya pembangunan satu daerah dengan daerah yang lain.
Selain itu adanya trend keengganan anak muda untuk menekuni sektor pertanian atau dunia cangkul-mencangkul, juga menjadi variabel yang menentukan proses migrasi ke kota. Beberapa riset menunjukkan, serendah-rendahnya jenis pekerjaan yang dilakukan seorang migran di kota, senantiasa memperoleh pendapatan yang lebih baik dibandingkan sewaktu mereka berada di desa. Bayangkan aja, dengan menjadi Pak Ogah (polisi cepek), pemulung, tukang semir sepatu, tukang parkir atau pengumpul barang bekas di Ibukota Jakarta atau di Surabaya, kaum migran memperoleh pendapatan sebesar dua hingga tiga kali lipat dibandingkan penghasilannya di desa. Belum lagi yang menjadi preman, garong, copet, gali, atau rampok. Bisa dibayangkan hasilnya. Dengan adanya kesenjangan pendapatan itu, maka pilihan untuk berurbanisasi adalah hal yang rasional secara ekonomis bagi mereka.
Arus urbanisasi tidak dapat dihindari oleh kota – kota besar.urbanisasi merupakan masalah persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota yang akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial dan kemasyarakatan. jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu ini adalah suatu masalah yang sangat serius dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.
1.2 Tujuan Urbanisasi
Impian untuk menjadi orang sukses merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan urbanisasi,karena perkotaanlah yang memberikan peluang cukup besar untuk mewujudkan impiannya itu.biasanya seseorang yang telah menyelesaikan sekolah atau kuliahnya yang mereka pikirkan adalah mencari pekerjaan yang layak dikota untuk mendapatkan materi juga sebaga sarana menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku sekolah maupun kuliah.
Tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih luas juga menjadi daya tarik seseorang melakukan urbanisasi dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga dapat meningkatkan tingkat perekonomian keluarganya.sedangkan dipedasaan lapangan pekerjaannya sangat terbatas dan kalaupun ada pengahasilan yang diperoleh bekerja didesa tidak sebesear dengan penghasilan kalau bekerja di kota.hal ini bisa kita lihat lewat kehidupan pedesaan yang rata – rata bergerak disektor agraris yang tidak banyak membutuhkan tenaga kerja untuk melakukan proses produksinya.
Selain itu jika kita flashback awal pemerintah orde baru saat itu terlalu berfokus pada pembangunan industri subtitusi import (manufactur) dengan mengabaikan sektor yang menjadi penghidupan mayoritas penduduk yakni sektor pertanian. Kalaupun sektor pertanian sempat dianggap maju dengan swasemba berasnya, tapi kemajuannya hanya berlangsung singkat, karena orientasi pembangunan pertanian saat itu berdasarkan paradigma industri subtitusi import (mencukupi pangan nasional), bukan pada pengembangan sumber daya pertanian dan keunggulan produk pertanian. Sektor pertanian sangat identik dengan kehidupan ekonomi desa. Jika sektor pertanian tidak berkembang maka ekonomi desa juga terkena dampak buruknya. Sektor pertanian yang tidak menjanjikan lagi dan lapangan perkejaan yang minim di desa, ditambah lagi rata-rata pendidikan yang rendah menjadi tujuan masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.
1.3 Sasaran Urbanisasi
Kota-kota besar merupakan sasaran bagi para pelaku urbanisasi karena selain merupakan terdapat pusat pemerintahan di kota besar juga menyediakan banyak lapangan pekerjaan baik dari sektor perdagangan maupun jasa. Kota merupakan pusat penggerak perekonomian,adanya banyak peluang yang memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan perdagangan,membuka lapangan usaha dll. karena dikota iklim perekonomiannya cukup setabil.hal ini seharusnya menjadi perhatian urbanisme sebagai salah satu alternative untuk mewujudkan impianya tentunya didukung dengan usaha keras dan modal usaha.
BAB 2
PERMASALAHAN
2.1Kekuatan
Urbanisasi pada tingkatan tertentu dari sisi ekonomi justru akan menguntungkan kota tujuan urbanisasi. Dalam teori umum semakin meningkat persentase penduduk suatu kota semakin meningkatkan produk domestik bruto dan capaian pembangunan manusia. Urbanisasi dapat merangsang pertumbuhan ekonomi mikro dan makro yang ditujukan terutama untuk menciptakan lingkungan atau iklim pengembangan kegiatan ekonomi perkotaan.hal ini tentunya harus diseratai dengan penyempurnaan peraturan dan prosedur investasi, penetapan suku bunga pinjaman dan pengaturan perpajakan bagi peningkatan pendapatan kota.
Hal ini pula juga berpengaruh kepada pendapatan (income) kota tujuan , dikarenakan banyak para pelancong ini yang sukses karena mereka memiliki keahlian dan juga kepintaran diatas rata-rata orang, apa lagi ketika arus balik mudik pasca lebaran, banyak orang-orang atau saudara untuk bekerja di kota karena mereka bercerita bahwa hidup di kota enak, mereka bisa mendapatkan barang-barang pokok itu sangatlah mudah, daripada di pedesaan, mencari barang-barang pokok saja sudah susah, harus menunggu panen, agar bisa membeli barang-barang tersebut denga murah, namun di kota sebaliknya seperti yang dikatakan tadi sangat mudah , hal itulah mereka mengajak para saudaranya yang baru lulus sekolah ataupun yang tidak punya pekerjaan diajak untuk bekerja ke kota, sehingga pada pasca lebaran tahun ini banyak sekali orang-orang yang membawa sanak keluarganya hanya untuk mencari uang di kota (bekerja) baik itu sebagai buruh, pegawai kantor maupun salesman.
2.2 Kelemahan
Salah satu kelemahan dalam urbanisasi pasca lebaran adalah perantau yang datang ke kota tujuan dengan sedikit memiliki bahkan tidak memiliki skill atau kemampuan, inilah yang paling diantisipasi ekstra oleh pemerintah kota dan menjadi ancaman serius bagi mereka. Kebanyakan perantau baru dari arus balik lebaran ini datang dari wilayah miskin di Indonesia. Kebanyakan lagi dari mereka tidak mempunyai modal yang cukup mengarungi sengitnya persaingan kerja di kota. Dengan latar pendidikan minim, skill yang kurang mumpuni, dan sumber daya finansial (modal dana) juga kurang memadai semakin mempersulit para migran urban meraih kesuksesan di kota. Kalaupun ada yang sukses mungkin bisa dihitung dalam hitungan jari dibanding ratusan migran lainya. Itupun karena mereka mempunyai soft skill yang menunjang kerjanya seperti keuleten, pekerja yang keras, humanis dalam membangun jaringan, dan yang paling penting adalah kejujuran untuk membangun trustment.
Proses perpindahan penduduk dari desa ke kota yang tanpa terkendali, pada akhirnya akan membawa preseden buruk bagi pembangunan di kota. Urbanisasi tersebut akan menimbulkan masalah tenaga kerja, baik pengangguran maupun setengah pengangguran, yang diikuti dengan meluasnya aktivitas sektor informal di kota.
Kenapa demikian? Karena peralihan tenaga kerja yang pindah dari desa ke kota yang tidak mampu ditampung dalam sektor formal, mengakibatkan timbulnya deformasi (penurunan kualitas dan bentuk pendapatan) secara drastis dan meluas pada sektor jasa dalam penyerapan tenaga kerja. Kondisi itu terjadi bukan karena adanya permintaan yang melonjak akan jasa-jasa di sektor industri, namun lebih disebabkan oleh ketidakmampuan sektor industri dalam menyerap tenaga kerja.
Masalah-masalah sosial seperti fenomena anak jalanan, gelandangan, pengemis, pekerja seks komersial (PSK) dan terciptanya kantung-kantung kemiskinan juga termasuk dampak urbanisasi. Karena harapan tentang pekerjaan yang akan diraih di kota ternyata tidak semudah yang dibayangkan, akhirnya orang-orang memilih cara-cara instan dan tidak halal. Jadi, tahu sendiri deh akibatnya. Makanya, jangan terlalu bermimpi hidup enak di ibukota atau di kota besar, kalau memang tidak punya skill dan keahlian yang memadai.
2.3 Peluang
Kota selain sebagai pusat pemerintahan juga merupakan pusat kegiatan perekonomoian. banyak peluang – peluang yang ada disana mulai dari lapangan kerja yang luas,peluang untuk melakukan kegiatan perdagangan,peluang untuk melakukan kegiatan usaha.tergantung dari penduduk yang melakukan urbanisasi bisa melihat dan memanfaatkan peluang – peluang tersebut. Hal itu dapat dilakukan bila para pelaku urbanisasi mempunyai soft skill yang menunjang kerjanya seperti keuleten, pekerja yang keras, humanis dalam membangun jaringan, dan yang paling penting adalah kejujuran untuk membangun trustment
2.4.Tantangan
Urbanisasi saat ini justru menjadi momok bagi pemerintah kota karena urbanisasi yang terjadi sekarang ini sudah pada tingkatan tidak terkontrol, akibatnya urbanisasi tidak lagi menjadi faktor kemajuan kota. Bukti empiris menunjukkan hubungan antara urbanisasi dan kemajuan itu bisa terwujud jika urbanisasi berada pada tingkat yang terkontrol (UNDP, Human Development Report, 2005). Alih-alih kemajuan yang didapatkan dari urbanisasi, justru urbanisasi malah jadi biang kerok berbagai permasalahan pelik kota. Kemiskinan, pengangguran, pemukiman kumuh, banyaknya gepeng (gelandangan dan pengemis), tingkat kriminalitas tinggi adalah sebagian contoh akibat langsung maupun tidak langsung dari urbanisasi. Jadi tidaklah janggal jika pemerintah kota menjadi pihak yang paling getol menghadapi “ancaman urbanisasi”.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa urbanisasi begitu tinggi hingga tak terkontrol. Salah satunya adalah dari peninggalan kebijakan jaman orde baru yang masih menyisakan masalah hingga dewasa ini. Paradigma sentralisasi pemerintahan dan pembangunan ekonomi terpusat adalah hal yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi dengan konsentrasi migrasi yang tidak sehat. Daerah kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah. Pemerintah pusat juga tidak mau memecah kosentrasi pembangunan ke daerah untuk pemerataan pembangunan. Yang terjadi sekarang ini adalah jomplangnya pembangunan satu daerah dengan daerah yang lain.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Urbanisasi adalah suatu proses perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.
Dengan demikian urbanisasi adalah suatu proses dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Terjadinya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota
b. Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non agraria di sektor sekunder (industri) dan sektor tersier (jasa);
c. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota
d. Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan mengenai segi ekonomi sosial, kebudayaan dan psikologis.
Sebab-sebab Urbanisasi, pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya urbanisasi yaitu:
a. Adanya pertambahan penduduk secara alamiah
b. Terjadinya arus perpindahan dari desa ke kota;
c. Tertariknya pemukiman pedesaan ke dalam lingkup kota, sebagai akibat perkembangan kota yang sangat pesat di berbagai bidang, terutama yang berkaitan dengan tersedianya kesempatan kerja
d. Impian untuk menjadi orang sukses
Proses urbanisasi akan menimbulkan akibat antara lain adalah:
a. Merangsang pertumbuhan ekonomi mikro dan makro yang ditujukan terutama untuk menciptakan lingkungan atau iklim pengembangan kegiatan ekonomi perkotaan
b. Makin meningkatnya tuna karya, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap
c. Pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
d. Lingkungan hidup yang kurang sehat, apalagi ditambah dengan adanya berbagai kerawanan sosial memberi pengaruh yang negatif terhadap pendidikan generasi muda.
e..Daerah kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah.
f. Proses perpindahan penduduk dari desa ke kota yang tanpa terkendali
g. Masalah-masalah sosial seperti fenomena anak jalanan, gelandangan, pengemis, pekerja seks komersial (PSK) dan terciptanya kantung-kantung kemiskinan.
3.2 Saran
Menyeimbangkan pembangunan antara desa dan kota. Keseimbangan pembangunan itu bisa dicapai jika ada komitmen untuk melakukan pembangunan hampir semua sektor di pedesaan, seperti industri dan jasa. Selain itu, pemerintah perlu menata reforma agraria, memberdayakan masyarakat pedesaan dan membangun infrastruktur pedesaan.
Meningkatkan mutu pendidikan dan memperbanyak balai latihan kerja sebagai sarana untuk meningkatkan skill penduduk sehingga apabila penduduk melakukan urbanisasi akan terserap oleh lapangan pekerjaan yang ada
Mengembangkan kota-kota kecil di daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Cara ini kini mendapat respons positif dari berbagai negara dan menjadi bahan kajian dari badan kependudukan dunia dalam rangka membangun kemajuan suatu bangsa atau negara. Kajian itu didasarkan atas pemikiran bahwa urbanisasi merupakan salah satu wujud modernisasi sehingga perlu dikelola secara baik
Menjalankan berbagai solusi diatas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh banyak dukungan untuk menjalankannya, terutama yang paling ditunggu adalah kebijaksanaan pemerintah dan haruslah di dibarengi dengan kebijakan jangka panjang, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan membangun kesejahteraan di desa-desa yang masih dilanda kemiskinan. Didukung dengan budaya masyarakat bergotong royong membangun perekonomian bersama, mungkin urbanisasi tidak akan menjadi ancaman bagi negara ini.