Suatu ketika ada seorang seniman batu berjalan menyusuri kaki gunung yang sangat gersang, dan melihat seonggok batu berwarna kecoklatan kusam yang diselimuti lumut dan tanah lembab. Tanpa ragu, dengan sekuat tenaga sang seniman mengayunkan godamnya untuk memecah batu hingga menjadi bongkahan sebesar kepala. Warna asli batu yang putih kasar mulai terlihat.
Dengan perasaan mantap dibawanya batu itu ke rumah, kemudian di potong dengan menggunakan gerinda (alat pemotong batu), hingga dari hasil gesekannya sesekali terlihat percikan api menghias dan serpihan debu batu memenuhi kedua tangannya. Permukaan batu yang kasar dengan sabar terus di haluskan dan di polesnya. Siang dan malam tanpa kenal lelah sang seniman berusaha menempa batu itu dengan tekun. Hingga akhirnya warna asli batu yang semula putih kasar, berangsur menjadi putih, licin dan mengkilap. Dengan sentuhannya sang seniman berhasil mengubah sebuah batu yang semula kusam menjadi batu penghias cincin yang bernilai tinggi.
Begitulah alam mengajarkan kita tentang kehidupan. Kita ibarat sebongkah batu yang mungkin awalnya berlumut, kusam dan tak berdaya. Namun berbagai tempaan warna kehidupan laksana pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas yang kasar mampu mengubah kita menjadi pribadi yang unik dan istimewa sepanjang masa. Seringkali kita merasa pesimis terhadap jepitan permasalahan yang timbul ataupun jeratan kesulitan yang kita temui dalam pekerjaan kita. Bahkan kita menganggapnya sebagai beban yang begitu berat hingga memaksa kita untuk menyerah atau berusaha sekuat tenaga menghindarinya. Padahal boleh jadi semua itu merupakan cara Tuhan untuk membentuk dan mengajarkan kita agar menjadi lebih kuat dan bersinar.
Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu di liputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, bahkan dikeluarkan dari kuliah. Namun semua kesulitan tersebut justru semakin menempanya dan menjadikan yang terbaik dibidangnya. “Nilaiku jelek di sekolah, tapi aku tidak bersedih, karena duniaku di sekitar mesin, motor dan sepeda.” Tuturnya bersemangat. Tak heran jika kemudian seluruh pengalaman yang menempanya tersebut mampu mengantarkannya menemui sinar kesuksesannya.
Sekarang mari kita pikirkan, dimanakah posisi kita? Apakah cukup bangga sebagai seonggok batu kusam dan terlihat rapuh? Ataukah seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai tinggi? Semua mungkin di dunia ini, selama kita yakin dan optimis. Maka berjalanlah dengan langkah mantap menuju rumah kesuksesan kita. Jadikan duri dan kesulitan yang menghadang sebagai tantangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar